iri?

“siap..” ukiran senyum terlihat dari bibir laki laki yang saat ini tengah menunggu kehadiran bunda,dia baru saja menyelesaikan masakan terakhirnya untuk hari ini. “Sempurna” ucapnya di akhir

“Bunda belum bangun?” Pupil matanya bergerak kesana kemari mencari keberadaan orang yang sangat ia nantikan keberadaan,tak butuh waktu lama wanita dengan setelan jas rapi melenggang berjalan terburu buru menuruni anak tangga

“Bunda..” senyum nya semakin mengembang saat melihat bunda yang mulai turun menghampiri nya

“Ayok sarapan bareng...Radit buatin ini spesial buat bunda” katanya dibarengi dengan senyum yang tak pernah pudar dari bibirnya

“Bunda ada rapat mendadak,sayang..”

“Kalau lain kali aja...gak papa?” Bunda sedikit menjeda ucapan nya setelah pupil matanya menangkap raut wajah radit yang mulai berubah

Radit menarik nafas dalam dalam,sedih? Iya itulah yang radit rasakan saat ini. Dia menyiapkan semua ini sejak pagi pagi sekali dengan penuh semangat,tapi semuanya harus terbuang sia sia begitu saja

“Yaudah..” katanya

“Maafin bunda,nanti kalau ada waktu bunda yang masakin buat kamu,ya?” Tangan nya mengusap surai hitam sang anak,terlihat dengan sangat jelas raut wajahnya kini di penuh dengan kekecewaan.

“Bunda berangkat gih..nanti telat” bunda sedikit melirik jam dan benar saja sebentar lagi rapat akan segera di mulai,panggilan telpon pun mulai terdenger dari ponsel milik bunda

“Bunda berangkat ya,dit..” bunda masih sempat mencium kening sang anak setelahnya ia pergi terburu buru dengan telpon yang menempel pada ulun telinganya

Tak ada yang bisa Radit lakukan,laki laki itu hanya bisa melihat punggung bunda yang semakin menghilang dari pandangan nya. Sekali lagi ia menarik nafas dalam dalam,lagi dan lagi usahanya untuk dapat makan bersama tidak kunjung terwujud.

“Bunda udah gak kayak dulu..”

“Radit kangen sama bunda yang dulu..“suaranya memelan ia tundukan kepalanya saat itu,mengingat masa masa dulu yang sangat jauh 180° berbeda dari hari ini. Radit rindu saat dimana makan bersama setiap saat dengan bunda tampa adanya batasan kapanpun itu,radit memang sudah besar,tapi apakan tidak boleh jika ia juga merindukan masa masa itu? Masa masa dimana semua dapat ia lakukan bersama bunda walaupun mungkin akan sedikit berbeda karena ayah sudah tidak ada bersama nya lagi

“Mubadzir kalau di buang..” monolog nya setelah melihat begitu banyak makanan yang baru saja ia masak


“Kak Adit bukan sih?” Nayyara memicingkan pandangan nya,melihat laki laki yang sepertinya ia sangat kenal di sebrang sana

Dengan gerakan cepat kakinya mulai melangkah,menuju tempat dimana terlihat seorang laki laki dengan setelan serba hitam itu berada

“Kak..” tangan nya sedikit menepuk bahu laki laki yang kini berada tepat di depan nya ada sedikit ragu untuk menepuk pundak laki laki itu,tapi Nayyara yakin dia orang yang dirinya kenal. Merasa seseorang menepuk bahunya,akhirnya Radit berbalik. Ya itu memang benar benar Radit,dia sedang membagikan makanan yang sempat ia masak beberapa jam lalu kepada anak anak jalanan disekitar sini. Matanya menangkap perawakan Nayyara yang masih dibaluti dengan baju seragam khas sekolahnya,Radit yakini Nayyara belum pulang sedari tadi

“Bener kan..” katanya setelah melihat kalau itu memang benar benar orang yang ia kenali,ada rasa lega dalam dirinya setelan didapati bahwa itu memang benar benar Radit dan bukan orang lain

“Lo belum balik? Ngapain disini? Ngapel sama cowok lo itu?” Radit mulai membuka suara

“Abis beli buku..” tangan nya mengacungkan buku yang sempat ia beli beberpa menit lalu

“Itu novel..” radit sedikit berdecak setelah dilihatnya buku yang Nayyara beli ternyata bukanlah buku pelajaran

“Sama aja,namanya tetep buku,kan...”

Radit menghela nafas dalam dalam,ia tak ingin berdebat dengan Nayyara di jalan seperti ini,karena pada dasarnya Radit juga yang akan mengalah jika berdebat dengan Nayyara. Lebih baik dirinya membagikan beberapa sisa kotak makanan yang masih berada di kantong plastik yang ia bawa saja saat ini

“Gue mau ngasih juga...” Tangan nya mengambil beberapa nasi kotak dari dalam kantong kresek disana

“Gue aja,lo harus balik” katanya menolak

“Kak cakra belum sampe juga,jadi gue bisa bantuin dulu..”

“Udah awas,gue mau bagiin nasinya. Lo mau tetep pegangin tangan gue kayak gini? Mau nyebrang?..” Dengan cepat radit melepaskan tangan nya dari Nayyara

“Wah,gue kudu mandi pake kembang 7 rupa ini..” katanya

“Pake air dari 7sumur,7benua, 7laut,7sungai,7samudra juga,biar makin apdol..” setelah memberikan jempolnya pada Radit,kakinya kini mulai melangkah untuk memberikan beberapa kota makanan yang masih tersisa


_Aokidoyie🐰