Aokidoyie

iri?

“siap..” ukiran senyum terlihat dari bibir laki laki yang saat ini tengah menunggu kehadiran bunda,dia baru saja menyelesaikan masakan terakhirnya untuk hari ini. “Sempurna” ucapnya di akhir

“Bunda belum bangun?” Pupil matanya bergerak kesana kemari mencari keberadaan orang yang sangat ia nantikan keberadaan,tak butuh waktu lama wanita dengan setelan jas rapi melenggang berjalan terburu buru menuruni anak tangga

“Bunda..” senyum nya semakin mengembang saat melihat bunda yang mulai turun menghampiri nya

“Ayok sarapan bareng...Radit buatin ini spesial buat bunda” katanya dibarengi dengan senyum yang tak pernah pudar dari bibirnya

“Bunda ada rapat mendadak,sayang..”

“Kalau lain kali aja...gak papa?” Bunda sedikit menjeda ucapan nya setelah pupil matanya menangkap raut wajah radit yang mulai berubah

Radit menarik nafas dalam dalam,sedih? Iya itulah yang radit rasakan saat ini. Dia menyiapkan semua ini sejak pagi pagi sekali dengan penuh semangat,tapi semuanya harus terbuang sia sia begitu saja

“Yaudah..” katanya

“Maafin bunda,nanti kalau ada waktu bunda yang masakin buat kamu,ya?” Tangan nya mengusap surai hitam sang anak,terlihat dengan sangat jelas raut wajahnya kini di penuh dengan kekecewaan.

“Bunda berangkat gih..nanti telat” bunda sedikit melirik jam dan benar saja sebentar lagi rapat akan segera di mulai,panggilan telpon pun mulai terdenger dari ponsel milik bunda

“Bunda berangkat ya,dit..” bunda masih sempat mencium kening sang anak setelahnya ia pergi terburu buru dengan telpon yang menempel pada ulun telinganya

Tak ada yang bisa Radit lakukan,laki laki itu hanya bisa melihat punggung bunda yang semakin menghilang dari pandangan nya. Sekali lagi ia menarik nafas dalam dalam,lagi dan lagi usahanya untuk dapat makan bersama tidak kunjung terwujud.

“Bunda udah gak kayak dulu..”

“Radit kangen sama bunda yang dulu..“suaranya memelan ia tundukan kepalanya saat itu,mengingat masa masa dulu yang sangat jauh 180° berbeda dari hari ini. Radit rindu saat dimana makan bersama setiap saat dengan bunda tampa adanya batasan kapanpun itu,radit memang sudah besar,tapi apakan tidak boleh jika ia juga merindukan masa masa itu? Masa masa dimana semua dapat ia lakukan bersama bunda walaupun mungkin akan sedikit berbeda karena ayah sudah tidak ada bersama nya lagi

“Mubadzir kalau di buang..” monolog nya setelah melihat begitu banyak makanan yang baru saja ia masak


“Kak Adit bukan sih?” Nayyara memicingkan pandangan nya,melihat laki laki yang sepertinya ia sangat kenal di sebrang sana

Dengan gerakan cepat kakinya mulai melangkah,menuju tempat dimana terlihat seorang laki laki dengan setelan serba hitam itu berada

“Kak..” tangan nya sedikit menepuk bahu laki laki yang kini berada tepat di depan nya ada sedikit ragu untuk menepuk pundak laki laki itu,tapi Nayyara yakin dia orang yang dirinya kenal. Merasa seseorang menepuk bahunya,akhirnya Radit berbalik. Ya itu memang benar benar Radit,dia sedang membagikan makanan yang sempat ia masak beberapa jam lalu kepada anak anak jalanan disekitar sini. Matanya menangkap perawakan Nayyara yang masih dibaluti dengan baju seragam khas sekolahnya,Radit yakini Nayyara belum pulang sedari tadi

“Bener kan..” katanya setelah melihat kalau itu memang benar benar orang yang ia kenali,ada rasa lega dalam dirinya setelan didapati bahwa itu memang benar benar Radit dan bukan orang lain

“Lo belum balik? Ngapain disini? Ngapel sama cowok lo itu?” Radit mulai membuka suara

“Abis beli buku..” tangan nya mengacungkan buku yang sempat ia beli beberpa menit lalu

“Itu novel..” radit sedikit berdecak setelah dilihatnya buku yang Nayyara beli ternyata bukanlah buku pelajaran

“Sama aja,namanya tetep buku,kan...”

Radit menghela nafas dalam dalam,ia tak ingin berdebat dengan Nayyara di jalan seperti ini,karena pada dasarnya Radit juga yang akan mengalah jika berdebat dengan Nayyara. Lebih baik dirinya membagikan beberapa sisa kotak makanan yang masih berada di kantong plastik yang ia bawa saja saat ini

“Gue mau ngasih juga...” Tangan nya mengambil beberapa nasi kotak dari dalam kantong kresek disana

“Gue aja,lo harus balik” katanya menolak

“Kak cakra belum sampe juga,jadi gue bisa bantuin dulu..”

“Udah awas,gue mau bagiin nasinya. Lo mau tetep pegangin tangan gue kayak gini? Mau nyebrang?..” Dengan cepat radit melepaskan tangan nya dari Nayyara

“Wah,gue kudu mandi pake kembang 7 rupa ini..” katanya

“Pake air dari 7sumur,7benua, 7laut,7sungai,7samudra juga,biar makin apdol..” setelah memberikan jempolnya pada Radit,kakinya kini mulai melangkah untuk memberikan beberapa kota makanan yang masih tersisa


_Aokidoyie🐰

##iri?

“siap..” ukiran senyum terlihat dari bibir laki laki yang saat ini tengah menunggu kehadiran bunda,dia baru saja menyelesaikan masakan terakhirnya untuk hari ini. “Sempurna” ucapnya di akhir

“Bunda belum bangun?” Pupil matanya bergerak kesana kemari mencari keberadaan orang yang sangat ia nantikan keberadaan,tak butuh waktu lama wanita dengan setelan jas rapi melenggang berjalan terburu buru menuruni anak tangga

“Bunda..” senyum nya semakin mengembang saat melihat bunda yang mulai turun menghampiri nya

“Ayok sarapan bareng...Radit buatin ini spesial buat bunda” katanya dibarengi dengan senyum yang tak pernah pudar dari bibirnya

“Bunda ada rapat mendadak,sayang..”

“Kalau lain kali aja...gak papa?” Bunda sedikit menjeda ucapan nya setelah pupil matanya menangkap raut wajah radit yang mulai berubah

Radit menarik nafas dalam dalam,sedih? Iya itulah yang radit rasakan saat ini. Dia menyiapkan semua ini sejak pagi pagi sekali dengan penuh semangat,tapi semuanya harus terbuang sia sia begitu saja

“Yaudah..” katanya

“Maafin bunda,nanti kalau ada waktu bunda yang masakin buat kamu,ya?” Tangan nya mengusap surai hitam sang anak,terlihat dengan sangat jelas raut wajahnya kini di penuh dengan kekecewaan.

“Bunda berangkat gih..nanti telat” bunda sedikit melirik jam dan benar saja sebentar lagi rapat akan segera di mulai,panggilan telpon pun mulai terdenger dari ponsel milik bunda

“Bunda berangkat ya,dit..” bunda masih sempat mencium kening sang anak setelahnya ia pergi terburu buru dengan telpon yang menempel pada ulun telinganya

Tak ada yang bisa Radit lakukan,laki laki itu hanya bisa melihat punggung bunda yang semakin menghilang dari pandangan nya. Sekali lagi ia menarik nafas dalam dalam,lagi dan lagi usahanya untuk dapat makan bersama tidak kunjung terwujud.

“Bunda udah gak kayak dulu..”

“Radit kangen sama bunda yang dulu..“suaranya memelan ia tundukan kepalanya saat itu,mengingat masa masa dulu yang sangat jauh 180° berbeda dari hari ini. Radit rindu saat dimana makan bersama setiap saat dengan bunda tampa adanya batasan kapanpun itu,radit memang sudah besar,tapi apakan tidak boleh jika ia juga merindukan masa masa itu? Masa masa dimana semua dapat ia lakukan bersama bunda walaupun mungkin akan sedikit berbeda karena ayah sudah tidak ada bersama nya lagi

“Mubadzir kalau di buang..” monolog nya setelah melihat begitu banyak makanan yang baru saja ia masak


“Kak Adit bukan sih?” Nayyara memicingkan pandangan nya,melihat laki laki yang sepertinya ia sangat kenal di sebrang sana

Dengan gerakan cepat kakinya mulai melangkah,menuju tempat dimana terlihat seorang laki laki dengan setelan serba hitam itu berada

“Kak..” tangan nya sedikit menepuk bahu laki laki yang kini berada tepat di depan nya ada sedikit ragu untuk menepuk pundak laki laki itu,tapi Nayyara yakin dia orang yang dirinya kenal. Merasa seseorang menepuk bahunya,akhirnya Radit berbalik. Ya itu memang benar benar Radit,dia sedang membagikan makanan yang sempat ia masak beberapa jam lalu kepada anak anak jalanan disekitar sini. Matanya menangkap perawakan Nayyara yang masih dibaluti dengan baju seragam khas sekolahnya,Radit yakini Nayyara belum pulang sedari tadi

“Bener kan..” katanya setelah melihat kalau itu memang benar benar orang yang ia kenali,ada rasa lega dalam dirinya setelan didapati bahwa itu memang benar benar Radit dan bukan orang lain

“Lo belum balik? Ngapain disini? Ngapel sama cowok lo itu?” Radit mulai membuka suara

“Abis beli buku..” tangan nya mengacungkan buku yang sempat ia beli beberpa menit lalu

“Itu novel..” radit sedikit berdecak setelah dilihatnya buku yang Nayyara beli ternyata bukanlah buku pelajaran

“Sama aja,namanya tetep buku,kan...”

Radit menghela nafas dalam dalam,ia tak ingin berdebat dengan Nayyara di jalan seperti ini,karena pada dasarnya Radit juga yang akan mengalah jika berdebat dengan Nayyara. Lebih baik dirinya membagikan beberapa sisa kotak makanan yang masih berada di kantong plastik yang ia bawa saja saat ini

“Gue mau ngasih juga...” Tangan nya mengambil beberapa nasi kotak dari dalam kantong kresek disana

“Gue aja,lo harus balik” katanya menolak

“Kak cakra belum sampe juga,jadi gue bisa bantuin dulu..”

“Udah awas,gue mau bagiin nasinya. Lo mau tetep pegangin tangan gue kayak gini? Mau nyebrang?..” Dengan cepat radit melepaskan tangan nya dari Nayyara

“Wah,gue kudu mandi pake kembang 7 rupa ini..” katanya

“Pake air dari 7sumur,7benua, 7laut,7sungai,7samudra juga,biar makin apdol..” setelah memberikan jempolnya pada Radit,kakinya kini mulai melangkah untuk memberikan beberapa kota makanan yang masih tersisa


_Aokidoyie🐰

weekend

“Es cream kamu..” Haekal ikut mendaratkan bokong nya pada kursi taman dengan pemandangan danau yang sangat menyejukkan mata.

“Makasih ekal..”

Weekend kali ini pasangan yang sudah menjalin kasih selama hampir 6 bulan lamanya, menyempatkan diri untuk pergi ke taman dimana Haekal menyatakan isi hatinya pada wanita yang kini berada tepat di sebelahnya

“Tempat nya masih sama ya,kal.”

“Gak ada yang berubah..” Nayyara memandang luas nya danau yang membentang, tiupan angin menambah kedamaian tempat ini.

“Ada..” katanya.

Pandangan mereka kini bertemu,Haekal memandang wajah cantik nan menawan dari seorang Nayyara,rambut nya yang ia biarkan tergerai ikut tertiup oleh hembusan angin yang datang

“Apa?”

“Rasa cinta ekal ke Nayyara..” setelahnya Nayyara merasakan pipinya sangat panas sebisa mungkin dia terlihat tenang tapi rasanya di situasi seperti ini sangat sulit

“6 bulan lalu cinta ekal ke Nayyara juga besar,tapi.. sekarang besar nya jadi bertambah berkali kali lipat” senyum terukir dari bibir Haekal,senyum nya sangat manis dan menenangkan

“Jangan kemana mana ya,Ra.” Katanya

“Ara mau kemana sih kal,Ara gak bakalan kemana mana selagi ada kamu di sisi Ara..”

“Kalau haekal di belakang Nayyara,gimana?”

“Ara tarik tangan Haekal, supaya ada di sisi Ara lagi”

“Haekal juga gak mau jalan cuman liatin Nayyara dari belakang,Haekal maunya melangkah bareng Nayyara aja”

Hening beberapa saat hanya ada suara angin yang bertiup dan kicauan burung yang terdengar

“Ra,es cream nya..” lelehan es cream membuyarkan keheningan di antara keduanya

“Ehh..” kini tangan nya sibuk mencari tisu pada tas selempang yang ia kenakan

“Yah,padahal baru dimakan sedikit tadi” katanya menyayangkan

“Nanti beli lagi oke,rasa ice cream nya juga gak enak,aneh...gak manis.”

“Punya Ara manis deh” kening nya sedikit berkerut bingung

“Punya Haekal enggak..”

“Iya?” Haekal mengangguk dan itu semakin membuat Nayyara bingung,padahal ice cream nya tidak aneh, menurutnya..sama saja seperti ice cream pada umumnya,dingin dan manis

“Manisnya diborong semua sama Nayyara. Jadi ice cream nya gak ada rasa,hambar” lagi. Nayyara di buat malu oleh ulah Haekal,dia selalu memiliki cara untuk membuat Nayyara kehilangan kata kata seperti sekarang ini

“Lain kali gak usah manis manis kayak gini,ya? kasian makanan yang lain jadi gak punya rasa”

“Haekal ihh..”

“Pipi kamu merah,kenapa ya? Apa karena disini panas?” Haekal sedikit menyipitkan penglihatan nya guna melihat matahari di kejauhan sana

“Oh iya,mataharinya terik banget,pasti Nayyara kepanasan. Pindah tempat mau?”


_Aokidoyie 🐰

weekend

“Es cream kamu..” Haekal ikut mendaratkan bokong nya pada kursi taman dengan pemandangan danau yang sangat menyejukkan mata.

“Makasih ekal..”

Weekend kali ini pasangan yang sudah menjalin kasih selama hampir 6 bulan lamanya, menyempatkan diri untuk pergi ke taman dimana Haekal menyatakan isi hatinya pada wanita yang kini berada tepat di sebelahnya

“Tempat nya masih sama ya,kal.”

“Gak ada yang berubah..” Nayyara memandang luas nya danau yang membentang, tiupan angin menambah kedamaian tempat ini.

“Ada..” katanya.

Pandangan mereka kini bertemu,Haekal memandang wajah cantik nan menawan dari seorang Nayyara,rambut nya yang ia biarkan tergerai ikut tertiup oleh hembusan angin yang datang

“Apa?”

“Rasa cinta ekal ke Nayyara..” setelahnya Nayyara merasakan pipinya sangat panas sebisa mungkin dia terlihat tenang tapi rasanya di situasi seperti ini sangat sulit

“6 bulan lalu cinta ekal ke Nayyara juga besar,tapi.. sekarang besar nya jadi bertambah berkali kali lipat” senyum terukir dari bibir Haekal,senyum nya sangat manis dan menenangkan

“Jangan kemana mana ya,Ra.” Katanya

“Ara mau kemana sih kal,Ara gak bakalan kemana mana selagi ada kamu di sisi Ara..”

“Kalau haekal di belakang Nayyara,gimana?”

“Ara tarik tangan Haekal, supaya ada di sisi Ara lagi”

“Haekal juga gak mau jalan cuman liatin Nayyara dari belakang,Haekal maunya melangkah bareng Nayyara aja”

Hening beberapa saat hanya ada suara angin yang bertiup dan kicauan burung yang terdengar

“Ra,es cream nya..” lelehan es cream membuyarkan keheningan di antara keduanya

“Ehh..” kini tangan nya sibuk mencari tisu pada tas selempang yang ia kenakan

“Yah,padahal baru dimakan sedikit tadi” katanya menyayangkan

“Nanti beli lagi oke,rasa ice cream nya juga gak enak,aneh...gak manis.”

“Punya Ara manis deh” kening nya sedikit berkerut bingung

“Punya Haekal enggak..”

“Iya?” Haekal mengangguk dan itu semakin membuat Nayyara bingung,padahal ice cream nya tidak aneh, menurutnya..sama saja seperti ice cream pada umumnya,dingin dan manis

“Manisnya diborong semua sama Nayyara. Jadi ice cream nya gak ada rasa,hambar” lagi. Nayyara di buat malu oleh ulah Haekal,dia selalu memiliki cara untuk membuat Nayyara kehilangan kata kata seperti sekarang ini

“Lain kali gak usah manis manis kayak gini,ya? kasian makanan yang lain jadi gak punya rasa”

“Haekal ihh..”

“Pipi kamu merah,kenapa ya? Apa karena disini panas?” Haekal sedikit menyipitkan penglihatan nya guna melihat matahari di kejauhan sana

“Oh iya,mataharinya terik banget,pasti Nayyara kepanasan. Pindah tempat mau?”


Aokidoyie 🐰

gara gara bawang

Bau harum dari masakan kini menyebar pada setiap sudut rumah Jodi,kali ini bukan Jodi yang memasak makanan untuk anak anak nya. Melainkan Nayyara lebih tepatnya Radit yang dibantu oleh Nayyara menyiapkan makanan untuk hari ini

“Katanya cuman bantuin doang,ujung ujung nya gue juga yang masakin” dumelnya sesaat setelah memindahkan panci berisikan sayur

“Eiyy,kan gue gak tahu caranya masak. Dimaklumi aja kali kak..”

Helaan nafas dan gelengan kepala diberikan Radit kepada Nayyara yang sedari tadi hanya sibuk mengotak atik benda pipih di tangan nya

“Gimana mau bisa dari tadi Lo maenin hp terus” katanya.

“Yodah deh,tuh hp nya gue simpen”

“Jadi,apa yang harus gue kerjain?” Tanyanya setelah menyimpan benda pipih yang sejak tadi berada di genggaman nya

“Potong bawang bombai sama cabe”

“Siap komandan!!” tangan nya naik memberi hormat

Setelahnya hening beberapa saat,baik Nayyara maupun Radit tak ada yang mengeluarkan kata sepatah pun itu. Hanya ada suara alat dapur yang saling menyatu rauh satu sama lain.

“Ra,kalau udah irisin cabe juga oke”

“Ra..” karena dirasa tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang empunya Radit kembali memanggil Nayyara saat itu

“Ehh,Lo kenapa?” Radit sempat kaget saat melihat mata nayyara yang sudah dipenuhi dengan air mata,dia membolak balikan badan perempuan yang berada di hadapan nya kini

“Perih..” katanya. Sambil mengacungkan bawang yang sejak tadi dia iris. Matanya masih setia terpejam dan mengeluarkan air mata

“Perih ihh kak,mata gue perih iris bawang kayak gini”

“Astaga Ra, gue kira jari Lo kepotong piso atau apa”

“Tapi perihh..” rengek nya sekali lagi

“Udah taro bawang nya,ayok cuci muka”

“Kak ihh kok makin perihh..” katanya. Setelah beberapa saat mulai mencuci wajahnya

“Tangan Lo kotor mungkin,coba gue bantu bersihin”

“Pelan ihh kak,Lo kira muka gue apaan”

“Ini juga pelan..”

“Gimana? Masih perih?”

“Enggak”

“Masakan nya bentar lagi jadi,Lo tunggu aja di depan”

“Enggak,gue mau bantuin Lo dulu disini.”

“Bantuin nangis lagi?”

Satu pukulan mengenai bahu Radit meski mungil tetapi jika terkena pukulan dari Nayyara agak nyeri juga rasanya

“Kurang ajar Lo kak”

“Hahaha”

“Gue sumpel pake cabe ya mulut Lo kak kalau gak bisa diem” satu cabe merah besar sudah berada di genggaman Nayyara anak itu seperti tidak bermain main dengan ucapan nya barusan

“Gue bener kan,Lo nangis gara gara bawang” ejeknya

“Wah,ini beneran ngajakin ribut emang” mungkin jika Cakra tidak datang ke dapur Nayyara sudah benar benar memasukan satu cabe besar ke dalam mulut Radit saat ini

“Wahh” katanya dibarengi dengan tepukan tangan

“Makanan banyak banget perasaan,Lo yang masak kak” tanyanya yang di barengi anggukan oleh Radit disana

“Gue juga bantu ya,jangan Lo delete jeri paya gue tadi”

“Bantu na—” tangan nya membekap mulut Radit

“Bantu Nanak nasi kan kak”

“Iya,bantu Nanak nasi gue” katanya membanggakan diri

“Bisa?” Suara Cakra seperti tidak percaya

“B-bisa lah apa sih yang gue gak bisa”

“Panggilin Ayah sana, kita makan bareng keburu dingin gak enak nanti”


Aokidoyie🐰

##gara gara bawang

Bau harum dari masakan kini menyebar pada setiap sudut rumah Jodi,kali ini bukan Jodi yang memasak makanan untuk anak anak nya. Melainkan Nayyara lebih tepatnya Radit yang dibantu oleh Nayyara menyiapkan makanan untuk hari ini

“Katanya cuman bantuin doang,ujung ujung nya gue juga yang masakin” dumelnya sesaat setelah memindahkan panci berisikan sayur

“Eiyy,kan gue gak tahu caranya masak. Dimaklumi aja kali kak..”

Helaan nafas dan gelengan kepala diberikan Radit kepada Nayyara yang sedari tadi hanya sibuk mengotak atik benda pipih di tangan nya

“Gimana mau bisa dari tadi Lo maenin hp terus” katanya.

“Yodah deh,tuh hp nya gue simpen”

“Jadi,apa yang harus gue kerjain?” Tanyanya setelah menyimpan benda pipih yang sejak tadi berada di genggaman nya

“Potong bawang bombai sama cabe”

“Siap komandan!!” tangan nya naik memberi hormat

Setelahnya hening beberapa saat,baik Nayyara maupun Radit tak ada yang mengeluarkan kata sepatah pun itu. Hanya ada suara alat dapur yang saling menyatu rauh satu sama lain.

“Ra,kalau udah irisin cabe juga oke”

“Ra..” karena dirasa tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang empunya Radit kembali memanggil Nayyara saat itu

“Ehh,Lo kenapa?” Radit sempat kaget saat melihat mata nayyara yang sudah dipenuhi dengan air mata,dia membolak balikan badan perempuan yang berada di hadapan nya kini

“Perih..” katanya. Sambil mengacungkan bawang yang sejak tadi dia iris. Matanya masih setia terpejam dan mengeluarkan air mata

“Perih ihh kak,mata gue perih iris bawang kayak gini”

“Astaga Ra, gue kira jari Lo kepotong piso atau apa”

“Tapi perihh..” rengek nya sekali lagi

“Udah taro bawang nya,ayok cuci muka”

“Kak ihh kok makin perihh..” katanya. Setelah beberapa saat mulai mencuci wajahnya

“Tangan Lo kotor mungkin,coba gue bantu bersihin”

“Pelan ihh kak,Lo kira muka gue apaan”

“Ini juga pelan..”

“Gimana? Masih perih?”

“Enggak”

“Masakan nya bentar lagi jadi,Lo tunggu aja di depan”

“Enggak,gue mau bantuin Lo dulu disini.”

“Bantuin nangis lagi?”

Satu pukulan mengenai bahu Radit meski mungil tetapi jika terkena pukulan dari Nayyara agak nyeri juga rasanya

“Kurang ajar Lo kak”

“Hahaha”

“Gue sumpel pake cabe ya mulut Lo kak kalau gak bisa diem” satu cabe merah besar sudah berada di genggaman Nayyara anak itu seperti tidak bermain main dengan ucapan nya barusan

“Gue bener kan,Lo nangis gara gara bawang” ejeknya

“Wah,ini beneran ngajakin ribut emang” mungkin jika Cakra tidak datang ke dapur Nayyara sudah benar benar memasukan satu cabe besar ke dalam mulut Radit saat ini

“Wahh” katanya dibarengi dengan tepukan tangan

“Makanan banyak banget perasaan,Lo yang masak kak” tanyanya yang di barengi anggukan oleh Radit disana

“Gue juga bantu ya,jangan Lo delete jeri paya gue tadi”

“Bantu na—” tangan nya membekap mulut Radit

“Bantu Nanak nasi kan kak”

“Iya,bantu Nanak nasi gue” katanya membanggakan diri

“Bisa?” Suara Cakra seperti tidak percaya

“B-bisa lah apa sih yang gue gak bisa”

“Panggilin Ayah sana, kita makan bareng keburu dingin gak enak nanti”


Aokidoyie🐰

meneduh

Jika saja hujan tidak turun malam ini, mungkin saja orang yang tengah duduk untuk sekedar mengindari diri dari derasnya air hujan pun tak akan berada di tempat ini sekarang. Nayyara mungkin sudah berada di kasur nya dan bersiap untuk maraton drakor jika saja hujan turun sedikit lebih nanti

“Makasih bang..” ucap Radit saat tukang nasi goreng mengantarkan dua piring nasgor yang sudah ia pesan beberapa menit lalu

“Punya gue yang pedes nya gak pake banget”

“Lah,gue gak tambahin pedes di nasgor Lo,Ra.”

“Hah,? Jadi gak pedes sama sekali dong,gue gak makan kalau gitu..” piring yang berada di depan nya sedikit ia dorong menjauh. Nayyara menyimpan tangan nya di atas meja sebagai tumpuan untuk menyandarkan kepalanya

“Becanda anjir hahaha...”

“Buru makan nanti dingin gak enak” piring yang tadinya sedikit tergeser kini telah berada di depan Nayyara kembali

“Untung gue lagi laper,jadi marah marahnya gue tunda dulu” dengan lahap satu persatu sendok suapan masuk kemulut gadis yang saat ini masih lekat menggunakan seragam sekolah nya

“Udah gue bilang kan tadi pake mobil aja balik nya,ucapan gue bener kan ujan nya turun..”

“Kebetulan doang” sangkal Nayyara dengan mulut yang masih penuh, hampir saja nasi keluar menyembur dari mulutnya

“Telen dulu kek,ntar nyembur kena muka gue bahaya,ilang citra ketampanan seorang Athaya Raditya” katanya menyombongkan diri

“Eiyyy,cakepan si Wesky juga”

“Kura kura Lo?” Nayyara mengangguk saat itu,2 kura kura yang di berikan oleh Haekal memang sengaja ia berikan nama

“Emang jenis kelamin nya cowok? Kok Lo tau? Gimana kalau cewek?”

“Kak ihh,ini gue mau makan. Diem dulu kenapa,ini sendok dari tadi mau masuk ke mulut gue gak jadi terus gara gara pertanyaan Lo”

“Kalau ngomong lagi gue buang ni nasi ke muka Lo kak, serius deh”


Hampir 20 menit mereka berdiam diri di tempat nasi goreng pinggir jalan yang tak begitu ramai ini. Mungkin karena turun hujan juga yang menyebabkan pembeli tidak begitu banyak malam ini

“Ayok,Ra.”

“Kemana?” Yang ditanya bingung sendiri

“KUA”

“Eh,gue masih SMA ya kak belum lulus juga. Dan lagi,gue mau nikah nya sama haekal bukan sama Lo” Nayyara melipat kedua tangan nya di dada posisinya sedikit berbalik memunggungi Radit yang berada di sebelahnya

“Dih,kok Lo pede banget bakalan gue nikahin?” Katanya. Yang membuat Nayyara kembali berbalik menatap manik laki laki yang berada di sebelahnya

“Gak pede sih gue,cuman—” Radit sudah siap mendengar tambahan kata yang akan di lontarkan dari mulut Nayyara

“Ehh kak,hujan nya udah agak reda. Balik sekarang,yuk.” Pembicaraan langsung ia alihkan. Nayyara berdiri terlebih dahulu dan mengambil tas gendong yang ia simpan di kursi kosong tempat mereka duduk

“Gue udah ajak Lo dari tadi Nayyara..”

“Lo jangan marah marah Mulu kenapa,nanti tambah jelek tau gak”

“Gue gak marah,cuman pengen cekek Lo aja rasanya.” Tangan nya masuk ke dalam kantong jaket,sedangkan Nayyara dengan cepat melindungi lehernya dan sedikit mundur beberapa senti dari tempat Radit berdiri

“Psychometric”

“Gue gak bisa baca memori orang lain” kakinya kini mulai melangkah menuju tempat dimana ia memarkirkan motornya

“Bukan nya psychometric.. orang yang suka bunuh-bunuh orang itu kan?” Nayyara malah asik dengan fikiran nya

“Gue tinggal kalau masih tetep disana”

“Ehhhh..” lamunan nya buyar, segera dia berlari dari tempatnya semula berdiri.


Aokidoyie🐰

Makan bersama

Meja makan di rumah Nayyara saat ini sudah dipenuhi dengan begitu banyak makanan,bukan karena mereka sedang mengadakan acara spesial atau syukuran dan yang lain nya. Tapi memang sedang ingin saja memasak makanan sebanyak ini

“Ayah,ini kita mau ngadain sukuran apa? Banyak banget yang dimasak” Nayyara celingukan sendiri,baru saja ia keluar dari kamar tapi makanan di meja sudah penuh saja

“Enggak ada,ayah sengaja aja masak banyak sekali kali” tangan Jodi kembali meletakan lauk di atas meja

“Masakan terakhir..” mata Nayyara tertuju pada sosok orang yang berjalan mendekat dari arah dapur. Bahkan kedua tangan nya sibuk membawa masakan yang masih mengeluarkan asap panas

“Kok Lo disini juga kak,kapan Dateng nya? Udah kayak Jin Tomang aja” tangan nya bergerak, menggeser kursi dan mendaratkan dirinya disana

“Lo aja yang kalau tidur udah kayak orang mati,jam segini baru bangun coba”

“Eiyyy... kenape bawa bawa sleeping saya coba” dengan asal comot tangan nya mengambil satu potong ayam yang baru saja diletakan oleh Radit sebagai salah satu masakan terakhir untuk hari ini

“Masih panas—”

“NJIRR PANAS!!” Nayyara meniupi jari jari tangan nya yang terasa terbakar

“Kagak sabaran si..” Cakra malah menertawakan kebodohan yang dilakukan Nayyara,bukan hanya Cakra saja bahkan Radit dan juga Jodi sama sama menertawakan Nayyara saat ini. Terlihat orang yang ditertawakan memanyunkan bibirnya, pipinya pun ikut mengembang seperti balon yang hendak meletus. Dan dengan cepat badannya berbalik membelakangi 3 laki laki yang duduk sejajar dengan dirinya

“Nayyara ngambek pokonya!!” beberapa saat hening,Nayyara menginginkan jawaban dari mulut 3 laki laki yang berada disana tapi entah kenapa tak ada satupun yang bersuara

“Ihhh,Nayyara ngamb—” saat ia membalikan badan, Nayyara melihat semua orang disana sedang menikmati makanan nya masing masing. Seperti tidak terjadi apa apa beberapa menit lalu,sangat tenang

“Makan bund..” Cakra mengacungkan paha ayam pada sang adik

“Makan,jangan marah marah Mulu ntar darah tinggi loh..” Radit mengisikan nasi pada piring yang masih kosong disana

“Adit,gimana kabar bunda kamu?” Jodi mulai membuka pembicaraan setelah beberapa saat di ruangan ini yang terdengar hanya suara sendok dan garpu yang saling beradu satu sama lain

“Ah,itu. Bunda sehat kok om” Radit berbicara Tampa menatap Jodi. Matanya hanya berfokus pada makanan yang sedang ia nikmati

“Sibuk banget kayak nya bunda kamu ya,Dit.” Jodi melihat ada kesedihan yang di tutupi oleh anak itu,tangan Radit mengambil air yang berada tak jauh darinya, entah mengapa,tapi ia seperti sulit untuk menelan makanan nya sekarang

“Kalau kamu kesepian dateng aja kesini kayak waktu kamu kecil Dit,disini banyak orang. Ada Nayyara sama Cakra,om juga ada disini” katanya.

“Pasti om..” senyum kecil tergaris pada wajah anak yang saat ini berada di depan Jodi.

“Eiyyy...awas aja kesini cuman buat nyiksa Nayyara pake pelajaran” tawa kecil terdengar dari mulut Radit,di ikuti dengan Jodi yang tak melepaskan pandangan nya dari anak itu

“Gue bakalan tetep nyiksa Lo pake pelajaran Ra, biar Lo pinter.”

“Iye tuh,bagus lah kak, si Nayyara selalu minta kerjain mulu tugas-tugas nya sama gue masa. Nyusahin emang ni anak pungut satu, siksa aja pake pelajaran yang ada di otak Lo itu”

“Ohhh Dady yang baik hati dan tidak sombong. Lontongg!! Masa anak mu yang sangat cantik ini di pojokin sama dua cowok jomblo karatan..”

“HAH!!..” Suara Cakra dan Rendi membuat Nayyara dan Jodi kaget,pasalnya mereka berbarengan pula menggebrak meja makan disana

“Eh,kaget saya pak..“sepertinya bukan hanya mereka berdua saja yang merasa kaget,terlihat dari ekspresi kedua tersangka pun sama kaget nya

“Hahaha,kalian pada sensitif sekali kalau bawa-bawa jomblo” Jodi mulai bersuara

“Hah? Bukan,bukan kayak gitu om”

“Bukan gitu ayah, si Nayyara aja..”

“Eh,kalian berdua pada kenapa deh gak jelas banget jawabnya. Iyakan ayah” pertanyaan Nayyara mendapatkan anggukan dari sang ayah yang saat ini masih menatap mereka berdua dengan senyuman yang tak luntur dari bibirnya.


Aokidoyie🐰

Riuh suara hujan yang beriringan bersamaan dengan gelegar petir yang menyambar menambah suasana menyeramkan bagi siapapun orang yang mendengarnya.

“AHH!!! KAK CAKRA!!”

Suara petir kembali menyambar ditengah riuh nya hujan yang masih enggan untuk mereda. Nayyara memejamkan matanya erat erat sambil memeluk laki laki yang berada tepat di sebelahnya

Tepukan pelan ia rasanya pada bahunya “buka mata Lo” katanya.

Nayyara sangat mengenali suara itu,tapi itu jelas sekali bukan suara Cakra.

“Hehe..” dia mulai cengengesan setelah dirasa orang yang ia peluk bukan lah sang kaka

“Tega banget Lo,Ra. Sama postur Kaka sendiri gak tahu” Cakra berbicara seperti seorang pemain drama yang handal. Sangat dramatis

“Padahal badan bang Adit sama gue beda jauh” Cakra menyentuh setiap bagian badannya membandingkan postur tubuhnya yang dirasa jauh tidak begitu sama dengan Radit.

“Reflek anjir deh kak”

“Jadi, reflek nya seorang Nayyara itu salah peluk orang toh” Cakra mengambil sembarang barang yang berada di dekatnya

“Diem deh Lo ulet bulu” matanya mendelik,kedua tangan nya sudah terlipat pada dada bahkan posisinya setengah membelakangi Cakra saat ini

“Gue balik dulu deh” Radit memotong pertengkaran antara dua adik Kaka disana, jaket yang tadinya berada di sofa-pun kini telah melekat pada badannya

“Ehh kak,masih ujan ini. Nanti dulu aja” Nayyara melihat rintikan hujan yang masih begitu deras dari balik kaca

“Iya kak,ntar aja kali. Mau ngapain coba dirumah. Ujung ujung nya sendirian juga kan disana”

“Skripsi” katanya.

“Hah?” Suara Nayyara terdengar berbarengan dengan Cakra

“Skripsi,gue harus ngerjain skripsi”

“Yailah kak,Lo skripsi Mulu yang di perhatiin. Gak ada yang lain apa”

“Enggak”

“Daripada mikirin skripsi yang gak kelar kelar mendingan maen game aja sama gue kak” Cakra melemparkan stik PS

“Yang kalah harus makan mie samyang pake bon cabe. Gimana setuju”

Radit sempat diam sejenak sebelum dia kembali berucap “level 15” katanya.

“Diterima!!!”


_Aokidoyie🐰

Riuh suara hujan yang beriringan bersamaan dengan gelegar petir yang menyambar menambah suasana menyeramkan bagi siapapun orang yang mendengarnya.

“AHH!!! KAK CAKRA!!”

Suara petir kembali menyambar ditengah riuh nya hujan yang masih enggan untuk mereda. Nayyara memejamkan matanya erat erat sambil memeluk laki laki yang berada tepat di sebelahnya

Tepukan pelan ia rasanya pada bahunya “buka mata Lo” katanya.

Nayyara sangat mengenali suara itu,tapi itu jelas sekali bukan suara Cakra.

“Hehe..” dia mulai cengengesan setelah dirasa orang yang ia peluk bukan lah sang kaka

“Tega banget Lo,Ra. Sama postur Kaka sendiri gak tahu” Cakra berbicara seperti seorang pemain drama yang handal. Sangat dramatis

“Padahal badan bang Adit sama gue beda jauh” Cakra menyentuh setiap bagian badannya membandingkan postur tubuhnya yang dirasa jauh tidak begitu sama dengan Radit.

“Reflek anjir deh kak”

“Jadi, reflek nya seorang Nayyara itu salah peluk orang toh” Cakra mengambil sembarang barang yang berada di dekatnya

“Diem deh Lo ulet bulu” matanya mendelik,kedua tangan nya sudah terlipat pada dada bahkan posisinya setengah membelakangi Cakra saat ini

“Gue balik dulu deh” Radit memotong pertengkaran antara dua adik Kaka disana, jaket yang tadinya berada di sofa-pun kini telah melekat pada badannya

“Ehh kak,masih ujan ini. Nanti dulu aja” Nayyara melihat rintikan hujan yang masih begitu deras dari balik kaca

“Iya kak,ntar aja kali. Mau ngapain coba dirumah. Ujung ujung nya sendirian juga kan disana”

“Skripsi” katanya.

“Hah?” Suara Nayyara terdengar berbarengan dengan Cakra

“Skripsi,gue harus ngerjain skripsi”

“Yailah kak,Lo skripsi Mulu yang di perhatiin. Gak ada yang lain apa”

“Enggak”

“Daripada mikirin skripsi yang gak kelar kelar mendingan maen game aja sama gue kak” Cakra melemparkan stik PS

“Yang kalah harus makan mie samyang pake bon cabe. Gimana setuju”

Radit sempat diam sejenak sebelum dia kembali berucap “level 15” katanya.

“Diterima!!!” ___

_Aokidoyie🐰